Kamis, 09 Januari 2014

cerpen:penyesalan Veri si Cicak.

  Di sebuah desa hidup lah seorang keluarga cicak yang sangat baik. Tapi mereka mempunyai anak bernama Veri, dia nakal dan sangat sombong sekali. Saudaranya, yang sering menjadi bahan ejekkannya tetap sabar.  Tetapi.. apakah  kesabaran saudaranya tetap? atau tidak?... kita baca ceritanya yuk...
  Suatu hari Veri si cicak sedang bermain dengan saudara kecilnya. Dia sangat senang sekali. Sore pun tiba, akhirnya mereka berhenti bermain. Saat di kamar saudaranya berkata..
"Kakak, besok masih bisa mainan lagi kan?"kata saudaranya.
"NGGAK!"kata Veri kasar.
"Kenapa kak?"kata saudaranya sedih.
"Kamu kan masih kecil jadi nggak perlu tau"kata Veri kasar.
"Hmm.. kakak jahat!"kata saudaranya sedih.
"Biarin. Suka-suka dong"kata Veri sombong. Akhirnya saudaranya pun keluar dengan wajah kesal , sedih , marah. Semua bercampur aduk. Paginya ,Veri sangat kaget! Karena saudaranya itu mengajaknya berjalan-jalan. Sampai di sore harinya mereka tetap senang-senang saja. Dan suatu ketika masalah pun terjadi... tiba-tiba saja saudaranya itu tidak sadarkan diri. Veri sangat kaget. Dia tidak bisa apa-apa. Dan di tempat itu tidak ada orang sama sekali.
   Mereka sedang ada di kamar mandi manusia. Dan disitulah saudaranya sadar dan berkata..
"Letakkan aku di situ kak.. tidak lama lagi.."kata saudaranya terputus.
"Tidak lama lagi apa!?"kata Veri histeris. Tapi saudaranya tidak menjawab. Dan akhirnya Veri baru sadar jika saudaranya meninggal dunia...
   Innalilahiwainnailaihiraji'un... Sedihnya hati sang Veri. Dia telah di tinngal ayah dan ibu.. dan sekarang ditinggal oleh adek satu-satunya.
     1 bulan pun berlalu. Veri telah lulus. Sekarang Veri sudah kerja. Ia menyempatkan untuk menengok kuburan adek satu-satunya. Kadang-kadang saat Veri ingin menjenguk jazat adeknya. Ia suka di guyur air oleh manusia. Ih! ternyata manusia juga kejam ya sama binatang. Nah saat ia menjenguk jazat adeknya itu, dia menetes kan air mata yang sangat jernih. Dia sangat kesal telah membuat kesal saudaranya dulu sewaktu saudaranya masih hidup. Dan saat itu lah ia belajar dari kehidupannya yang dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar